Kamis, 18 Maret 2010

Globalisasi, Jangan Kau Hilangkan Kesenianku !!!!!!!

Kebanyakan Mereka beranggapan kesenian tidak dapat dijadikan sebagai profesi utama yang dapat menopang hidup, kebanyakan para pekerja seniman hanya mengandalkan panggilan maupun job yang bertemakan tentang kebudayaan Indonesia atau saat sedang marak hari-hari peringatan pahlawan. Meskipun begitu, dalam benak para pekerja seni beranggapan dengan mementaskan seni budaya tersebut, ada kesan yang istimewa dihati mereka karena dapat menampilkan kesenian budaya, dengan penuh kebanggaan bahwa kebudayaan Indonesia sangatlah beragam dan menarik minat wisatawan, tidak jarang pula ada wisatawan mancanegara yang ingin mengetahui bahkan mempelajarnya karena rasa ketertarikan akan indahnya kesenian dan kebudayaan yang kita miliki.
Kebudayan asing layaknya air, yang terus mencari celah untuk dilalui, menerobos celah yang lebar hingga tersempit, sifat masyarakat kita yang sangat terbuka ibarat celah yang dalam menyikapi budaya asing yang mulai merambat ranah nusantara, Budaya kita saat ini masih terasa memprihatinkan, hal ini disebabkan masyarakat yang belum sepenuhnya mempunyai rasa saling memiliki dalam menjaga kebudayaan dan kesenian didaerahnya masing-masing. bahkan sekarang ini kian jarang generasi muda yang  peduli terhadap kesenian didaerahnya. Hanya beberapa kecil yang antusias dan mempelajarinya, itupun kebanyakan mengalir dari darah orang tuanya yang menekuni kesenian setempat.  
Ada pepatah Minang mengatakan. Alah limau dek mindalu, hilang pusako dek pancarian, maksudnya  kebudayaan lama akan hilang seiring munculnya kebudayaan lain (www.pandaisikek.com, 2 Oktober 2009, Pepetah petiti Minang). Tidak jauh beda dengan gambaran masyarakat di Indonesia, saat ini kita merasa asing dengan kebudayanya sendiri. entah karena sing atau mengasingklan diri. seolah kita amat asing dengan budaya kita. Saya pernah membaca sebuah artikel yang mengulas profil seniman kentrung asal kota saya sendiri. Demak, namanya Samsuri, sebagai seorang seniman,  dia tengah  prihatin terhadap tradisi lisan kentrung yang mulai hilang di kebudayaan masyarakat Pesisir pantai, kentrung menjadi suguhan yang  langka, padahal dengan kentrung kita bisa mengajarkan nilai - nilai budi pekerti dan semangat kebenaran lewat kisah-kisah dalam seni tutur kentrung ujar Samsuri, yang juga juga sempat diajak dinas pariwisata berpentas di Taman Mini Indonesiaa Indah (www.kompas.com, 12 Oktober 2009, Samsuri, Seniman Kentrung Demak).
Kesenian budaya adalah sesuatu yang melekat pada diri bangsa kita karena seni budaya merupakan identitas sebuah bangsa, seperti yang di tuturkan seniman teater Harun Das Putra, menekankan masuknya pengaruh  kebudayaan asing harus diimbangi dengan memunculkan seni budaya bangsa sendiri tidak sebagai alternatif, namun menjadi sebuah kebutuhan. Sebab seni dan budaya adalah identitas bangsa. Daya saing seni budaya daerah harus diciptakan jika tidak ingin tergilas oleh media yang ada saat ini (www.kompas.com, 13 Oktober 2009, klasik itu indah).
Masyarakat kita sekarang merasa asing dengan dengan sesuatu yang dimilikinya yakni kesenian yang dimiliki, masyarakat cenderung terhadap sesuatu yang telah terbumbui dengan aroma kebarat-baratan, dari karya, hiburan, bahkan kebiasaan kehidupan malam dan ada pula yang mulai mengikuti gaya borjuis ala selebritis yang sering ditampilkan di televisi, kalau sudah demikian lalu buat apa kesenian daerah? Mau dikemanakan budaya kita? Apakah hanya sebagai simbolis bahwa negara kita kaya kesenian?
Kadang saya tidak habis pikir kenapa dinegara Jepang ada pagelaran pentas seni budaya seluruh Asia? Namun saat giliran seni budaya gamelan justru orang Jepang sendiri yang membawakannya bukan orang Indonesia, hal itu menunjukan betapa besar rasa antusias orang Jepang terhadap seni budaya kita. Menurut saya merawatnyapun merupakan suatu bentuk nasionalis terhadap tanah air. Bangsa kita terdiri dari beragam etnis, kita harus bisa menyikapinya agar perbedaan yang terdapat di bumi pertiwi kita ini bukannya menjadi bomerang, justru menjadi kelebihan yang sangat positif, dan bersinergi untuk menjaga kebudayaan yang telah lahir, karena merawat lebih sulit daripada membuat. kita lahir di Indonesia, kita juga harus menjaga peninggalan nenek moyang kita yang telah dipercayakan pada kita.
Bangsa kita saat ini masih belum melek oleh Neo kolonialisme dinegara kita, kita belum sadar bahwa kebudayaan-kebudayaan lokal terjajah oleh masuknya kebudayaan asing yang kian menggerogoti dengan cara yang sangat halus tanpa kita sadari. Kita sebagai anak bangsa harus bangkit dari tidur panjang kita dan bersama mengembalikan kembali seni budaya yang sejak dahulu ada, sejak zaman perjuangan walisongo dalam menyebarkan ajaran islam, zaman Patih Gadjah Mada saat menyatukan Nusantara, jangan sampai suatu masa mudah punah hanya karena termakan oleh zaman.
Kita seharusnya peduli terhadap kesenian budaya yang telah diajarkan nenek moyang kita. Menurut kacamata saya, menjaga keutuhan suatu seni budaya warisan nenek moyang kita merupakan sebuah bentuk nasionalis tersendiri, bukan sebatas ungkapan cinta tanah air dari bibir, sesuatu yang lahir dari relungan dan mengendap di hati lalu kita uraikan, kemudian kita ungkapkan tentunya juga kita lakukan. Begitu juga kebudayaan, Kebudayaan lahir dari rahim keragaman bangsa dan Negara, kebudayaan adalah citra dan cipta rakyat Indonesia yang senantiasa kita jaga.

1 komentar:

  1. iyo betulll.... tapi sayang kebudayaan bangsa kita smakin lama semakin dilupa dan ditinggalakn.....

    BalasHapus